Rabu, 20 Juli 2011

Sorry For Loving Late


Hari itu seolah kelabu, berhenti lalu mati. Walau detik kian berlari satu sama lain, melompati jarum panjang yang mengkompisisikan mereka pada sebuah jam dinding besar berlatar foto kita. Apa? Kita? Ya, memang aku yang menginginkan pergi, tapi percayalah, sampai satu tahun terakhir ini belum ada yang bisa mengalihkan posisi kamu dihati aku Yan, kamu terlalu special. Terlalu ya terlalu, sampai-sampai aku menggunakan perasaan ketimbang logika untuk menerima ucapanmu tiga tahun lalu itu. Hey, kamu apa kabar? Sudah adakah wanita lain mengisi hari kamu? Menjadikannya putri tidur yang selalu ada dihati kamu Yan? Adakah wanita hebat itu? Yang sanggup menambal luka hati kamu atas ulahku? Maafkan aku, Yan. Tapi sungguh aku terpaksa. Aku mengalahkan hati aku Yan, aku nggak mau terlalu banyak membuat darah ini memanas atas ulah kita. Aku nggak mau kamu terlalu sakit karena sakit-sakit ringan yang aku buat. Begitu juga sebaliknya. Aku menghargai rasa sayangmu, karena sungguh aku merasa nyaman dengan itu. Ya, karena aku mencintai kamu lebih dari yang kamu tahu. Mungkin kamu bertanya, ada apa denganmu Chita? Mungkinkah Yan? Sakit hati berbalut cemburu itu sangat hebat Yan, apa kamu tahu itu? Tapi lebih sakit lagi, sakit hati dipadukan rasa rindu, sayang dan kecewa. Arkh, aku benci semua rasa yang mengkombinasikan itu Yan, sungguh! Tapi hari ini, sama seperti setahun yang lalu Yan, iya, saat aku bilang mantra itu. Saat aku putuskan untuk menyudahi kisah kita. Hanya rindu dan airmata yang kini temani hari. Sudahlah, mungkin ada baiknya kita seperti ini.
***

 
Hai Yan, apa kabar? Aku semakin gila meninggalkanmu. Apa memang harusnya seperti ini? Tumpukan surat ini belum juga aku kirim ke orang yang bersangkutan. Nggak berani rasanya muncul tiba-tiba untuk kedua kalinya dihidup kamu, terlebih mungkin kali ini kamu tidak menginginkannya. Yan, hari ini aku dapat apa yang aku mau. Aku masuk sebagai karyawan BI, cita-citaku dahulu. Masih ingatkah kamu? Rasanya, ingin cepat-cepat aku membangun perpustakaan mini untuk mereka. Anak jalanan itu perlu dapat curahan kasih dari kita bukan? Mereka juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Aku masih hafal  betul kalimatmu yang ini. Makasih Yan. Oh ya, masih ingatkah kamu dengan Rahel? Gadis kecil yang kamu tanya di mesjid itu? Ya ampun, dia masih terlalu kecil untuk mencari uang, dia juga masih terlalu kecil untuk merasakan kehilangan ayahnya yang pergi begitu saja meninggalkan ibu dan anak-anaknya demi perempuan lain. Eh, apa kabar Rahel ya Yan? Semoga dia menjadi gadis yang tegar :’) amin. Salam rindu untukmu selalu.
***
“Yan, benarkah itu kamu? Kamu mau pergi kemana lagi? Jangan pergi Yan, ku mohon!” Jantungku berdebar kencang. Huft, rupanya aku masih dibawah selimut tebal. Syukurlah. Ucap batinku
***
Ryan, apa kabar? Semoga sehat selalu. Tadi malam aku memimpikanmu lagi, ya lagi. Mungkin karena rindu yang teramat sangat. Hufft. Setelah sholat itu kamu pamit kepadaku. Kamu hanya tinggalkan satu kecupan hangat di keningku. Aku merasakannya Yan, sungguh! Ku mohon, jangan tinggalkan aku. Cukup aku saja yang pergi. Melihatmu dari kejauhan rasanya cukup. Aku senang melihatmu sekarang. Kamu pengusaha muda sukses yang mereka bicarakan lewat Koran Jakarta pagi itu bukan? Aku membacanya sayang :) kamu berhasil membuat perusahaan ayahmu bangkit dan berkembang lagi. Beliau pasti bangga padamu. Kamu hebat Yan!
***
“Selamat ulang tahun Yan”
“Kamu tahu, aku selalu ada di tempat ini waktu hari bahagiamu datang. Aku nunggu kamu Yan, aku selalu nunggu waktu itu datang, ya, waktu dimana kau mengutarakan niatmu untuk memperistri aku. Masih ingatkah kamu dengan janji yang kamu buat tiga tahun yang lalu di Taman ini? Semoga” batinku berharap
***
“Yan, hari ini orang-orang menghujamiku dengan cemoohan. Mereka bilang, sudah lima bulan lalu kamu pergi, benarkah? Apa itu sebabnya kamu tak datang di taman itu? Yan jawab aku! Ku mohon!”

Teriak Chita histeris sambil memegangi satu-satunya foto Ryan yang berhasil tak dibakar oleh ayahnya. Ya, Chita mengalami gangguan jiwa setelah mengetahui Ryan mengalami kecelakaan yang berhasil membuatnya menyerah dan pergi meninggalkan luka dan cinta untuk Chita, selamanya.


 20 Juli 2011

8 komentar:

  1. hhmmm,,, ceritanya itu pengalaman ya?

    BalasHapus
  2. sedikit pengalaman. entah apalah pek :p yg jls, w g mw smpe gila ky Chita :) bukanY 'cinta' itu ada perasaan damai? bukan perasaan berkecambuk. halahh, apeulah.. ta ngarti awak :p

    BalasHapus
  3. sangat tidAK menarik..
    :P..

    BalasHapus
  4. sediiihh
    jadi inget masa lalu. Pahit, tapi indah penuh warna.
    huhuhuhuhu jadi pengen nangis..

    BalasHapus
  5. towew, cup cup cup cup vee syg, jgn nangis, heheh :* eh wkt dl prnh y ch bilg mw bkin cerpen yg ideY dr khdupan vee? hehhe. ntar y cantik y.. rada susah klo g ngalamin :) btw, thx udah baca :) sering baca2 ya.. :) heheheh :*

    BalasHapus
  6. wah ada bakat jd penulis ni... :)

    BalasHapus
  7. ah masa si jelek? :p
    syg km dear!
    :*

    BalasHapus

Tulis dong menurut lo. Biar eksis! ;)