Minggu, 17 Juli 2011

Love At The First Sight


Aku Mytha, seorang gadis kelahiran Maret 1990 yang masih menyandang status ‘mahasiswi’ selama 3 tahun terakhir ini. Tinggal selangkah lagi rasanya title itu dicabut dariku. Orangtuaku menyuruhku cepat-cepat melakukan penukaran cincin dan menyuruh kami segera melangsungkan akad dikarenakan ingin sekali menimang cucu. Ada rasa senang, dan banyak  juga rasa bingung tak tau harus bagaimana. Senang karena akhirnya pada pria ketiga ini orangtuaku menyetujui hubunganku dengannya. Iya, dengan Ryan. Bingung karena kuliahku yang hanya strata satu ini belum ku rampungkan, bingung karena belum adanya kesiapan lahir bathin menyandang status ‘istri’ dari si anu. Aduh. Serem rasanya ngebayanginnya. Ditambah lagi dengan omongan sana sini yang sedang gempar-gemparnya ingin melanjutkan studi kejenjang selanjutnya. Iya, mereka, kakak tingkatku serta teman-temanku yang bermimpi melanjutkan studi ke luar negeri. Waw hebat, pikirku. Apa mimpi semua orang itu sama? Entahlah. Ingin rasanya aku juga bermimpi seperti itu tapi mimpi semodel itu rasanya tidak pernah aku dapatkan. 

Berlanjut tentang ‘permintaan’ orangtuaku. Akhirnya aku mendiskusikannya dengan Ryan, pria berumur 23 tahun yang merupakan pegawai dari Bank ternama. Entahlah aku menemukan orang ini dari mana. Lima senti pipiku serasa tertarik. Ya, senyuman ini sama seperti waktu enam bulan lalu aku mengiyakan permintaan pria bertubuh tinggi tegap nan jelek itu. Hhahahaa. Ah, Ryan. Setelah mendiskusikannya, ternyata dia juga ingin memintaku untuk segera bertemu dengan orangtuanya. 

Akhirnya tanggal pertemuanku dengan orangtuanya jatuh pada bulan Oktober seusai aku memperoleh sarjana dengan gelar S.Si (sarjana susyaah sekali :p). Oh iya, hampir lupa aku. Dia Ryan, anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya seusia denganku hanya dia lebih muda lima bulan dariku. Tomy namanya. Sekarang sudah jatuh bulan Oktober. Huhh, hari itu datang juga, hari dimana seminggu setelah tali toga itu digeser sedikit oleh Rektor, aku bertemu dengan orangtuanya.  Kesiapan  semodel apalah entah yang sebentar lagi harus aku persiapkan. Deg-degan rasanya. Ini kali pertama aku dikenalkan dengan orangtuanya. Untunglah semuanya welcome kepadaku terutama wanita paruh baya yang masih terlihat pancaran wajah cantiknya sehingga aku tidak perlu malu dan sungkan lagi untuk memanggilnya dengan sebutan mamah. Sulit dipercaya rasanya. Pertemuan pertama kali seumur hidup itu membuahkan hasil yang cukup ‘wah’. Deg—degan yang membuatku harus dua balikan bertemu kamar mandipun tidak sia-sia.

“Eh, aa!” sahut seseorang masuk kehalaman belakang rumah sambil berlari-lari kecil

“Sini Tom! Tom, ini Mytha yang suka aa certain ke kamu. Sayang, ini Tomy adik aku”

“Mytha”

“Eh, Tomy” ucapnya sambil menjabat tanganku

“Sayang, aku tinggal dulu ya, aku mau ke kamar mandi dulu. Mules. Kamu sih cabenya kebanyakan” ucapnya sambil menyuapi mangga muda terakhir tanpa sambal yang ia masukan ke dalam mulutnya. Aku mengiyakan dengan anggukan. Di halaman belakang hanya ada aku dan Tomy. Aku sempat speechless. Susah rasanya mencairkan suasana yang harus dimulai melalui satu pertanyaan dariku. Ahh, pertanyaan klasik.

“Apa kabar?”

“Ah kakak. Sama Tomy aja begitu. Hhaha. Santailah. Kabar mah ga perlu ditanya, kan bisa liat sendiri gimana kabar aku. Kalau mau, tanyanya abis dari mana,, gitu” ucapnya sambil tertawa kecil yang menangkapku sedikit skakmat karena ulahnya.

“Eh, di ospek sama papah dulu ga?” tanyanya penasaran. Sedang aku hanya bisa mengerenyitkan dahi hingga alis menyatu.

“Enggak ko..” jawabku ringan

“Eh, ga perlu panggil kakaklah. Tua banget rasanya. Panggil Mytha aja” lanjutku. Tomy hanya mengangguk tanda setuju. Setelah cukup lama berbincang-bincang, aku dikagetkan dengan pertanyaannya.

“Mytha, kamu percaya nggak dengan love at the first sight? “ tanyanya polos sambil melihat ke arahku yang sedikit melongo.

“Iya, Myt. Aku merasakan itu. Kali ini, saat ini dan parahnya kenapa harus sama kamu?” lanjutnya. Sedang aku lagi-lagi hanya melongo dan membelalakan mata tanda tak percaya.

“Aku suka sama kamu Myt”
Aku diam, masih tak percaya. Dan detik itu pula, aku dikagetkan dengan suara pecahan gelas yang dibawa oleh calon tunanganku. Prang. Suara itu jelas sekali. Keringat dingin itu muncul.
“Sayang, hari ini aku jemput kamu ya,, mamah udah ga sabar mau ketemu kamu”
Short message service itu mengagetkanku. Hahhh,, untunglah itu hanya mimpi.





Ini bukan cerita beneran, asli cuma fiktif. Makasih buat my ABNR yang selalu ngasih inspirasi makasih juga buat Yudha :) eskrimnya masih mau ko ekeu :p
Pukul 03.30 sampai 06.00 di 17 Juli 2011

8 komentar:

  1. gak cocok jadi penulis kamu... cocoknya jd writer...

    BalasHapus
  2. pengen eskrimnya donk...

    BalasHapus
  3. :) makasih.. itu cuma ngebuang isi otak aja ko :p wah, klo kenyataan ky gt mah amit2 deh. hheheh :)

    BalasHapus
  4. eskrimnya mah beli aja yah sendiri :p

    BalasHapus
  5. km t dibaca ga deh? hemm.. meuni gt :p
    syg km bang :*

    BalasHapus

Tulis dong menurut lo. Biar eksis! ;)