Selasa, 18 November 2014

Firman

Namanya Firman. Mas Firman. Atau mungkin aku harus memanggilnya dengan sebutan Bapak. Iya, sapaan hormatku padanya. Usiaku dengannya terpaut 11 tahun. Tidak jauh memang untuk pasangan ideal suami istri. Apa? Sebentar. Ah, mukaku agaknya mulai memerah. Sepertinya aku berharap sosok Pak Firmanlah yang menjadi pelabuhan terakhir untukku. Baru kali ini rasanya, aku mempunyai rasa simpatik seperti ini dengan seorang 'bapak-bapak' seperti rasa simpatikku terhadap beliau. Kami memang tidak pernah banyak terlibat obrolan saat bertemu. Bahkan aku hanya satu kali terlibat obrolan dengannya. Itupun ketika kami satu lift.

Aku mengenalnya saat ia mulai bergabung di Team Project kami. Hanya saja, aku hanya perempuan pemburu berita lusuh yang hanya dua jam setengah ada di dalam kantor. Selebihnya ya hanya anak lapangan seperti pemburu berita lainnya. Yang membuat kami sering bertemu adalah, ketika sajadah mempertemukan kami di mushola kantor. Ya, agak sedikit lebay mungkin ya. Tapi, aku begitu kagum padanya ketika beliau menempatkan Tuhan di pikirannya yang teratas dalam sujud akhir sebelum salam.

Ah, rasanya bukan gadis pemburu berita namanya, kalau tidak bisa 'memburu' berita tentang beliau.Walaupun harus kong kalingkong dengan teman sebayaku di bagian HRD.

Daud Firmansyah. Banyuwangi, 19 Juli 1977. MENIKAH.

Aku langsung membelalakan mata setelah melihat status laki-laki yang sedang aku kagumi itu. Apa iya, aku mau jadi isteri kedua? Pikiranku mulai nggak karu-karuan. Bagaimana kalau dia sudah mempunyai bayi perempuan kecil? Apa tega aku merebut ayahnya darinya? "Apa-apaan aku ini" pikirku.

Ah Tuhan, tolong kirimkan lagi Firman-firman yang lain, yang ingin membangun ikatan indah itu bersamaku. Apakah aku boleh meminta itu, Tuhan?

Rabu, 12 November 2014

Quotes #16

Kamu tau?
Yang selalu layak mendapatkan senyum termanis kamu tiap hari itu, orangtua kamu. :)