Pernyataan panjang ini terinspirasi dari obrolan kemarin sore. Iya, di usia gue yang genap 24 tahun sebagai perempuan dewasa a.k.a wanita (aneh sih, tapi bisa dibilang seperti itu :p), umur segini tu memang sudah seharusnya memikirkan masa depan. Runcingnya lagi mengenai pernikahan. Terlebih gue pengen banget nikah dengan mantap diusia muda, 25 tahun. Aaamiiin.
Sebenarnya ini bentuk ungkapan protes atas obrolan sore kemarin. Bagaimana enggak? Gue dijodohin sama temen gue sendiri oleh temen gue juga (Ribet ga? Maap yakk. Tapi gue yakin kalian paham). Sebenernya di sore nan indah itu gue udah bilang dengan tegas, GUE GA MAU. Tapi entah karena apa mereka seakan-akan memojokan gue and maksa gue harus mau. Bener-bener tega!
Sekeras apa juga gue berdalih, ada aja jawaban mereka untuk tetep dengan misinya. Rasanya pengen banget gue usir-usirin mereka dari rumah gue. Hhahaha. Kasarnya gitu. Tapi gue tetep milih duduk cantik dan ngebela diri gue kalau gue tetep ga mau.
Loh, wanita itu hanya tinggal menunggu dan menentukan ko. Jadi, salah banget kalau pihak laki-laki dewasa a.k.a pria ke-GR-an karena dia datang pertama, dan dia berpikir dia akan langsung diterima. Setau gue, pria memang berhak memilih, tapi wanitalah yang menentukan.
Gue pernah baca kalimat panjang seperti ini :
"Pria itu menilai wanita dari masa lalunya, sedang wanita menilai pria dari masa depannya."
Sekarang kita (baca : gue dan kalian) samain persepsi seperti kalimat gue dibawah ini.
Menilai buat pria disana itu memilih, sedang menilai untuk wanita itu menentukan.
Jadi, statement diatas menjadi seperti dibawah ini.
"Pria itu memilih wanita dari masa lalunya, sedang wanita menentukan pria dari masa depannya."
Oke, kita lanjutkan.
Sebenernya gue rasa statement itu, ga sepenuhnya salah. Tapi ko ada yang menggelitik ya? Seakan-akan wanita jaman sekarang ini hanya mau dengan pria yang sudah mapan.
Ayolah, jangan berpikir kolot. Kita para wanita (khususnya gue) ga nuntut kalian para pria buat sediain istana beserta isinya ko. Mari kita memulai semuanya dari nol. Tugas membangun rumah tangga itu bukan hanya tugas pria sebagai kepala rumah tangga loh. Tapi wanita juga punya tugas dan tanggungjawab yang sama akan hal itu. Jadi, ga melulu wanita itu ngeliat pria dari masa depannya, contohnya mapan tadi. Ya harus punya istana dululah buat dijadiin kado pernikahan. Aduh, itu buat gue bonuslah. Dapaet ya Alhamdulillah, kalau enggak, ayo kita sama-sama bangun.
Gue pribadi menilai pria yang bakal jadi pemimpin gue nanti itu berdasarkan masa lalunya juga ko. Karena masa lalu itu cukup penting buat kedepannya, karena masa lalu itu spion. Selain masa lalu, gue juga menilai pria dari masa depannya. Masa depan yang gue artikan beda loh ya sama pemikiran kalian.
Masa depan yang gue artikan itu adalah seberapa kuat sih mental dia untuk bertanggungjawab? Seberapa sanggup sih dia kelak megang tangan gue dan meyakinkan gue kalau gue sama dia bakal bertemu titik terang? Ya,, hampir sama dengan fil Habibie-Ainun lah. Hampir ya. Bukan sama persis.
Jadi yuk, dari sekarang mulai memperbaiki diri. Mau dapet pendamping yang baik kan? Lo juga harus baik tentunya. Mau dapet pendamping yang bertanggungjawabkan? Lo pun harus begitu. Dan masiiiih banyak lagi yang lainnya.
Jadi untuk para wanita, pantaskan dirimu seperti 'dia' yang kamu mau, jangan lupa berdoa kepada pemilik 'gudang jodoh', berprasangka baiklah terhadap yang 'menciptakan' cinta dan terakhir silahkan menentukan pemimpin mana yang TEPAT untuk Anda!
Penuh Harap dan Cinta
= I C H A =
Tenang neeeeeng masih banyak ikan dilautan n pasti ada satu jatah buat mu
BalasHapushhhahahahha. Gue tau ni siapa :p Siaaappp,, *tetep stay cool* lol
Hapus