Jumat, 06 Juni 2014

Dear You



Masih ditahun yang sama. Ya, tahun dimana kita merencanakan itu semua. Benda bulat ini masih aku simpan rapih di dalam kotak merah beludru berbentuk hati. Kamu masih ingatkan? Kita membelinya bersamaan dengan tanggal pertama kita bertemu tiga tahun yang lalu. Waktu itu aku pikir, kita hanya sebagai partner kerja. Aku dengan ke-aku-anku dan kamu dengan ke-kamu-anmu. Tapi siapa yang sangka, akhirnya akan ada 'kita' nanti.

Entah dari mana asalnya kamu berhasil membuatku menyimpan rasa simpatik terhadapmu. Kali ini aku bukan menggombal. Ya ya ya ya. Aku tidak memaksamu untuk mempercayaiku. Tapi, entah kenapa aku baru merasakan ini. Terlambatkah aku merasakannya? Ayolah, biarkan aku fokus dulu, sayang. Berhentilah menguasi pikiranku ini. Okey, lagi-lagi aku tersenyum karena ulahmu. Entah ulah yang mana, sebab sekarang kita sedang diuji dengan jarak, bukan?

Apa kabar kamu yang disana calon bidadariku? Rasanya sudah tak sabar menunggu waktu itu tiba. Bagaimana denganmu? Masih maukah kamu mendampingiku, menguatkan genggaman tanganku? Aku tau. Aku ini memang laki-laki. Tapi, apa salahnya kalau aku juga butuh genggaman istriku nanti? Aku yakin, kamu selalu menggenggam tanganku nanti.

Masih ingat betul rasanya sewaktu pertama kali aku meminta ijin di pusara Ayahmu untuk menjadikanmu calon makmumku. Aku seperti benar-benar melihatnya, sayang. Ayahmu tersenyum. Entah apa arti dari itu. Tapi yang aku tau, setelah aku melihatnya, aku berjanji akan menjagamu dan menyayangimu semampuku.


Kali ini aku pandangi lagi fotomu. Ya, kamu boleh tertawa sekarang. Sudah, cukup sayang. Berhenti mengejekku. Kamu tau? Banyak sekali keinginan yang aku impikan bersamamu. Aku tidak perlu berjanji sekarang, karena aku pasti akan berusaha menjadi imam yang baik untuk keluarga kecil kita nanti. Bantu aku ya?

Bahkan nama itu masih kuingat jelas. Bintang. Kamu ingin sekali menamai buah hati kita nanti dengan nama itu. Bagaimana jika nanti anak kita perempuan, apakah namanya akan menjadi Bulan? Godaku. Kamu hanya tersenyum dan sedikit mencubit pinggangku. Pelangi. Jawabmu singkat. Ah, kamu. Entah sampai kapan aku selalu tersenyum seperti ini tiap mengingatmu. Terimakasih untuk cinta dan citamu selama ini.

Sinar suryapun seolah menyadarkanku dipusara bernisan Klarisa Fitria. Selamat menempuh hidup baru yang lebih indah dengan bidadaramu disana, cantik. Doakan aku bisa move on ya!

2 komentar:

  1. I don't even know how I stopped up here, however I
    thought this submit was once good. I don't understand who you are
    but definitely you're going to a well-known blogger if you aren't already.
    Cheers!

    my weblog; father's Day 2014 quotes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaakk,, ini bingung mau ngartiinnya gimana *buka nilai bhs inggris di raport :p

      Makasih udah nyasar disini, and mau luangin waktu buat baca coretan aneh ini. Hhhihihi. Aku baru pemula Mas, tp g ada yg ga mungkin. :D Doain atuhh :) sering-sering nyasar yaa :D *ditoyor gara-gara sok kenal :)) lol

      Hapus

Tulis dong menurut lo. Biar eksis! ;)